5 tahun sudah semenjak kau pergi meninggalkanku,5 tahun
sudah kau pergi membawa potongan hatiku bersamamu,dan 5 tahun sudah aku
melewati puluhan purnama tanpa senyumanmu,suaramu bahkan nafasmu. Aku hanya
bisa melalui sunyinya malam-malam yang begitu kelam ini hanya dengan duduk
termenung memandangi sejuta bintang yang seolah melukiskan wajahmu.
Foto kita
berdua saat pesta ulang tahunmu yang telah usang dimakan waktu selalu menghiasi
dompet kulit tuaku. Sakit memang,mungkin hanya orang-orang psikopat dan gila
yang tidak akan merasakan sakit hati sepertiku. Aku hanya bisa menyimpan 1
pertanyaan tanpa jawaban dalam otakku. “Mengapa?mengapa kau pergi
meninggalkanku tanpa sepatah kata pun?” iya hanya 1 pertanyaan itu. 1
pertanyaan yang memiliki berjuta makna bagiku ketika kau menjawabnya. Aku dan setengah
hatiku yang masih tertinggal dalam ragaku hanya butuh penjelasanmu,penjelasan
yang rasional darimu.
“grrrrr,,,grrrr,,,grrrrr” suara getaran handphone
di saku belakang celana jeans ku melenyapkan segala lamunanku yang begitu pahit
tentang dirimu. Aku pun menaruh kembali foto tersebut di dalam dompetku dan
membaca pesan singkat yang terdapat di layar ponselku.
“Zaky,Bisakah aku bertemu denganmu? Di tempat biasa
kita bertemu dulu,sabtu pukul 20:00! Tiara ?”
Nafasku tertahan,hatiku berdetak lebih cepat,dan
pikiranku melayang entah kemana. Pikirkan saja bagaimana rasanya ketika orang
yang sangat kau cintai namun telah meninggalkanmu selama kurang lebih 1825 hari
tanpa kabar dan alasan tiba-tiba saja mengajakmu bertemu secara mendadak. Entah
untuk apa? Masa bodoh aku tidak peduli. Yang hanya aku pedulikan dan aku
pikirkan saat ini adalah hanya 1. Bertemu dengan Tiara,iya Cuma itu!
“iya,aku pasti datang!”
Singkat,padat dan jelas. Layaknya penggunaan
kalimat efektif di pelajaran bahasa Indonesia tingkat SD. Yang ada dalam
pikiranku saat itu hanyalah satu,yaitu Tiara! Entah sebagai apa posisinya saat
ini dalam drama hidupku,entah dia sebagai protagonis atau antagonis,entah dia
sebagai orang yang kucintai atau orang yang kubenci,bahkan meskipun dia berada
di antara posisi setan atau malaikat dalam hidupku, aku akan menemuinya lusa
malam. Apapun yang terjadi! Aku hanya ingin penjelasan darinya,penjelasan yang
sangat rasional dan jujur darinya,hanya itu!
Sabtu,7:55 Pm. Aku sengaja datang 5 menit lebih
awal dari Tiara. Aku sengaja mempersiapkan mental dan belajar mengatur mimik
muka dalam jangka waktu yang begitu sempit tersebut. Aku ingin sempurna
dimatanya,aku tak ingin dia melihat kesedihan dalam wajahku,aku tak ingin dicap
sebagai seorang lelaki pecundang yang hanya bisa menagisi seorang wanita. Namun
nuraniku seakan berontak,nuraniku seakan menghujat bahwa aku adalah lelaki
pengecut dan lemah yang tak berani mengakui kesedihanku dihadapannya.
5 menit sudah berlalu seakan dalam sekejap mata,aku
terlarut dalam renunganku yang begitu dalam sampai ada seseorang yang menarik
bagian belakang dari lengan baju kiriku. Tidak,kalian salah. Pasti kalian piker
dia adalah Tiara! Kalian terlalu naïf kawan,ini bukanlah cerita drama FTV
seperti yang sering kalian tonton selama ini. dia adalah seorang anak kecil
yang berumur sekitar 4 tahun. “siapa anak ini?apakah dia mengenalku?” aku malah
bertanya pada diriku sendiri yang diliputi kebingungan. Bahkan aku hanya bisa
tersenyum simpul melihat tingkah laku anak tersebut.
“mama” sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang
sedang berdiri jauh membelakangi mejaku.
Aku pun mengangkat anak itu kepangkuan ku yang
sedang duduk diatas kursi.
“itu mama kamu ya adek kecil?”
“iya om,itu mama”suaranya begitu imut dan lembut.
“nama kamu siapa adek kecil?’
“Billy Pratama”
“Pratama?”
“iya om” sambil tersenyum seraya mencoba untuk
turun dari pangkuanku dan segera berlari menuju kea rah wanita tersebut.
Pratama? Bukankah itu nama belakangku? Belum sempat
aku menemukan logika jawaban dari pertanyaanku sendiri. Tiba-tiba sesosok
wanita yang menggunakan pakaian merah muda yang serasi dengan warna jilbabnya
berdiri dihadapanku.
“Zaky!” suaranya terdengar lirih.
Aku mengenal suara itu,iya itu adalah suara Tiara.
Inginku membalas dan menyapanya,tapi lidahku kelu. Sepatah katapun seakan
tertahan di dalam tenggorokanku. Sambil menggandeng anak kecil yang tadi
menyapaku pertama kali,Tiara kembali mengucapkan namaku sampai akhirnya aku
tersadar.
“Tiara” Datar,nada yang terucap begitu datar
sedatar ekspresi wajahku. Aku langsung terduduk dikursi yang telah lama aku
pesan untukku dan tiara.
“iya ini aku ky”
“siapa anak ini? Kenapa dia bisa mengenalku? Dan 1
hal lagi,kenapa nama belakangnya sama dengan nama belakangku?” belum sempat
tiara duduk,aku telah menghujaninya dengan berbagai macam pertanyaan.
“Anak ini…..” Tiara duduk sambil memangku anak
tersebut.
“Apakah ini anakmu?” aku memotong.
“Iya,dia memang anakku” Pipi tiara mulai basah oleh
air matanya.
“Mama kenapa nangis?”
“mama gak kenapa-napa kok sayang” tiara mengusap
kembali air matanya. Mungkin dia tidak ingin melihat anaknya menjadi bingung.
“kenapa ra? Kenapa kamu tega? Kenapa kamu tega
ninggalin aku? Aku salah apa? Kamu tahu kan kalau aku masih cinta ama kamu?”
aku mencoba untuk setegar mungkin dihadapannya.Aku tidak ingin terlihat
lemah,walaupun sejujurnya hatiku telah hancur.
“Maaf?” hanya sepatah kata itu yang terucap dari
bibir tiara. Sepatah kata yang terus menerus diulang.
Aku tertunduk,tak bisa berkata apa-apa. Ingin
sekali aku memeluk tubuh tiara sebagai luapan rasa sayangku terhadapnya. Tapi
aku sadar ada billy di sana,ada seorang anak yang begitu lucunya sedang berada
dipangkuan ibunya. Aku sadar kali ini aku harus menjaga sikapku,dan tak
membiarkan emosiku lepas kendali.
“Billy,sini
duduk dipangkuan Om”
Aku berdiri dan mencoba mengambil Billy dari
pangkuan Tiara. Billy dengan cepatnya mengulurkan tangannya kearahku.Begitu
polosnya bocah itu,tanpa tahu sekompleks apa permasalahan yang ibunya dan aku
alami. Aku mencoba memasang wajah tersenyum walau mataku tampak sayu dihadapan
anak itu dan membelai rambutnya ketika telah berada dalam pangkuanku.
Tiba-tiba saja setetes air menetes di atas meja,iya
itu air mata tiara. Aku tidak tahu alasan pasti kenapa tiara menangis.
“Aku tidak perlu maafmu.karena aku sudah
memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf terhadapku. Aku hanya perlu
penjelasan dan alasan darimu. Iya hanya itu saja “ Aku kembali mengangkat tegas
wajahku,sambil memeluk Billy dengan erat.
“Maukah kau menerima seseorang yang kau cintai
ketika kehormatannya telah terenggut?” Tiara mulai mengambil tissue satu
persatu untuk menyeka air matanya.
“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti sama sekali”
“Zacky,3 tahun lalu sebelum aku pergi
meninggalkanmu,meninggalkan kenangan kita. Aku sudah tidak suci lagi ketika
kehormatanku telah direnggut oleh seseorang yang kau kenal”
“Siapa?” Nada suaraku mulai keras. Emosimu mulai
naik,tapi seketika aku ingat jika ada Billy dipangkuanku.
“Niko”
Satu nama yang tak asing ditelingaku,dia adalah
sahabatku. Sahabat masa SMA ku.
“Niko?” entah setan apa yang merasukiku. Badanku
terasa panas,nadiku seakan ingin pecah.aku menggenggam cangkir minuman yang
telah aku pesan seerat mungkin. Andaikan aku manusia super,pasti cangkir
tersebut pecah.
“kenapa kamu gak ngomong langsung ama aku setelah
kejadian itu terjadi?,kenapa kamu gak….”
Tiara menutup kedua kupingnya sambil menangis,seakan
tidak mau mendengar lagi kalimat yang aku ucapkan. Aku pun sadar aku telah
memojokkannya dalam situasi yang begitu sulit dihadapan anaknya yang masih
polos.
“Tiara,tatap mata aku sayang. Tolong jelasin ke aku
ya apa aja yang udah terjadi selama ini. tolong ceritain ke aku ya sayang,aku
hanya pengen penjelasan dari kamu “
Aku mencoba memegang dengan erat tangan tiara untuk
meneguhkan hatinya dan berkata dengan lemah lembut,tanpa tahu sekarang apakah
aku masih pantas menyisipkan kata “sayang” dikalimat tersebut kepadanya setelah
hubunganku berakhir selama 3 tahun ini.
“Aku gak bissa ky,aku gak sanggup buat
nyeritainnya,maafin aku..” Tiara masih menangis namun dia tetap berusaha
mengusap air matanya dengan salah satu tangannya yang masih bebas.
“Kamu bisa sayang,kamu bisa! Ceritain ke aku ya?
Kamu pasti bisa!” aku mencoba meneguhkan hati Tiara dengan berkata demikian dan
sedikit dibarengi oleh senyum simpul dariku,akhirnya Tiara mengangguk dan
memulai ceritanya.
“ky,5 tahun yang lalu ketika pengumuman kelulusan
telah diumumkan.Ketika itu pula kesucianku direnggut oleh sahabatmu. Kamu pasti
tahu bahwa itu semua bukan keinginanku. Aku berusaha untuk menolak segala
perlakuannya semampuku. Namun apa daya,aku gak bisa berbuat apa-apa sampai
kesucianku jatuh ditangannya. Aku pun sebenarnya ingin menghubungimu,ingin
rasanya aku memelukmu dikala itu disaat aku merasa bahwa aku adalah orang yang
paling hina dan kotor di dunia ini. Namun berat rasanya menemuimu,berat rasanya
untuk melihat wajah mu ketika aku sadar diriku telah menjadi seseorang yang
sangat hina. Aku pun mencoba untuk menghilang dari hidupmu dan pergi jauh
membuang semua kenangan kita. Dan setelah itu,apa kamu tahu? Akhirnya aku
menikah dengan Niko. Bukan karena aku mencintainya,tapi karena aku hanya ingin
meminta pertanggungjawaban darinya. Karena aku berpikir aku hanya akan menjadi
beban dalam hidupmu. Karena ketika kamu mengetahui semuanya aku hanya akan
menjadi sebuah sampah di hadapanmu?”
“Apa kamu yakin aku akan melakukan itu? Aku bahkan akan menerimamu bagaimana pun
keadaanmu.”
“Aku sudah menduga kamu akan berkata seperti itu
ky! Buka mata kamu ky. Berpikirlah rasional walaupun cinta itu memang
irrasional! Pikirkan masa depanmu,aku hanya ingin yang terbaik bagimu ky! Walau
kita tak mungkin bersatu lagi,karena sekarang aku sudah memiliki keluarga yaitu
Niko dan Billy,walaupun aku sama sekali belum bisa mencintai niko sampai saat
ini,tapi bagaimanapun dia adalah ayah dari Billy,anakku. Namun kamu jangan
khawatir,aku memberikan Billy nama belakang yang sama sepertimu bukan tanpa
alasan. Hal itu ku lakukan semata-mata agar aku bisa mengenangmu. Karena
sekarang setiap aku dekat dengan Billy,aku merasa dekat denganmu. Karena jiwamu
dan cinta kita 5 tahun yang lalu bahkan masih aku jaga sampai sekarang telah
berada dalam tubuh Billy,walaupun dia bukan anakmu!”
Aku mencoba tegar, aku mengalihkan pandanganku ke
atas langit yang begitu luas yang ditaburi bintang-bintang yang indah. Aku
membelai kembali rambut Billy dan ternyata
dia telah tidur dipangkuanku tanpa sepengetahuan kami berdua. Aku hanya
tersenyum mencoba menghibur diri dan menatap Tiara kembali.
“Terimakasih atas penjelasanmu,akhirnya semua
pertanyaan yang ada dalam kepalaku telah hilang selama 5 tahun ini. Terimakasih
Tiara,sekali lagi terimakasih!”
Akhirnya aku menemukan cahaya dalam kelamnya ribuan
purnama yang telah aku lalui dalam kebingungan dan keputusasaan.
Kawan,Cinta itu memang tidak memiliki logika,cinta
itu memang buta. Tapi janganlah mau kau dibutakan oleh cinta,janganlah mau
digilakan oleh cinta. Berpikirlah secara rasional dan gunakan Logika serta akal
sehatmu dalam menghadapi sebuah cinta!